Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Nabi Muhammad SAW - Strategi Dakwah Rasulullah (Bagian 4)

Selasa, 11 Juni 2024 | 21:24 WIB Last Updated 2024-06-11T14:42:21Z
Daftar Isi [Tampilkan]
Muhammad SAW : Kisah Manusia Pilihan Langit Dan Bumi
Rasul Muhammad SAW : Kisah Manusia Pilihan Langit & Bumi | Foto: telisik.id

Strategi dakwah Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ awal berdakwah dilakukannya secara sembunyi-sembunyi dan rahasia. Tidak terangan-terangan dan frontal untuk mengubah paradigma masyarakat yang telah mengakar begitu dalam.  Menghindari konfrontasi demi keberlangsungan dakwah yang baru lahir ini.

Khadijah adalah orang pertama yang mengimani dakwahnya, bahkan membantu beliau dalam berdakwah. Kemudian sepupu Nabi yang baru berusia 10 tahun, Ali Bin Abi Thalib, yang saat itu memang tinggal bersama beliau mengikuti jejak Khadijah binti khuwailid untuk memeluk Islam. Meskipun telah beriman namun Ali  masih merahasiakannya kepada semua orang bahkan kepada ayahnya sendiri.

Hingga suatu hari Abu Thalib mengetahui tentang risalah yang dibawa oleh Muhammad dan juga tentang  putranya, Ali yang telah berislam. Rasulullah mengajak pamannya tersebut untuk mengikuti jejak Ali namun Abu Thalib mengatakan, “Wahai kemenanganku, aku tidak dapat meninggalkan agama nenek moyangku dan apa yang mereka yakini. Akan tetapi aku sangat yakin Allah tidak akan memberikan kepadamu sesuatu yang engkau benci sepanjang hidupmu.” Kemudian Abu Thalib juga memberikan restunya pada Ali untuk mengikuti Muhammad ﷺ. 

Berturut-turut kemudian orang-orang terdekat Muhammad bersyahadat. Pelayan Nabi, Zaid bin Haritsah, sahabat Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Zubair. Mereka kemudian dijuluki “Assabiqun al awwalun” atau orang yang pertama-tama masuk Islam. Bersama para sahabat Rasulullah inilah, Muhammad ﷺ kemudian berhadapan dengan pemegang kekuasaan di kota Mekkah yang tak ingin kenyamanan mereka terganggu oleh dakwah Muhammad.

Kabilah Quraisy sebagai pemimpin bangsa Arab saat itu sangat dimuliakan dan dihormati karena kepemilikan mereka atas Tanah Haram. Selain itu para pembesar Quraisy menguasai perdagangan budak yang diperjual belikan bagaikan hewan ternak.  

Dakwah Muhammad ﷺ bukan hanya soal ketauhidan  namun juga masalah persamaan derajat manusia dimata Allah SWT yang tentunya akan sangat ditentang oleh kaum musyrikin Mekkah. 

Walaupun dakwah Muhammad secara sembunyi-sembunyi namun berita itu tetap tersebar. Orang-orang mulai membicarakan Muhammad sehingga mereka mengawasi semua tindak tanduk Rasulullah dan para pengikutnya untuk mengetahui apa sebenarnya yang di dakwahkan oleh Muhammad. Pada awalnya para pembesar Quraisy tidak begitu ambil peduli dengan dakwah tersebut karena mereka menganggap itu hanyalah fenomena sementara yang lama kelamaan akan berakhir dengan sendirinya karena tak akan mendapat dukungan dari masyarakat.

Dakwah terbuka

Dalam situasi seperti itulah wahyu dari Allah turun kembali setelah 3 tahun Muhammad ﷺ menunggu dengan sabar.  Ayat yang baru turun memerintahkannya untuk berdakwah kepada kaum kerabat dan keluarganya. Salah satunya adalah kepada paman beliau yaitu Abdul Uzza bin Abdul Muthalib atau Abu Lahab, salah seorang pembesar Mekkah yang sangat fanatik dengan ajaran dan tradisi yang diturunkan dari leluhur mereka. Abu Lahab terkenal pemberani dan keras kepala meskipun bodoh. Dia akan sangat marah bila ada yang melecehkan dan menghina tuhan-tuhan mereka.

Dengan adanya perintah berdakwah kepada keluarganya, Muhammad kemudian  mengundang keluarganya dalam sebuah jamuan makan. Ada sekitar 40 orang yang datang memenuhi undangan tersebut, termasuk Abu Lahab. Ketika Muhammad menyampaikan dakwahnya, Abu Lahab langsung memotong pembicaraan Muhammad sambil memperingatkan agar Muhammad tidak memancing kemarahan bangsa Arab dengan agama barunya. Abu Lahab juga mengatakan agar Muhammad segera kembali pada agama nenek moyang mereka karena bangsa Arab tak akan segan-segan untuk membunuh Muhammad jika meneruskan dakwahnya.

Setiap kali Muhammad berkata selalu dipotong dan dicela oleh Abu Lahab. Keluarganya yang lain hanya bisa terdiam. Muhammad tidak membalas sedikitpun celaan dari Abu Lahab karena dia mengerti belum saatnya untuk bersikap.

Meskipun pertemuan pertama untuk dakwah kepada kerabatnya  ini mendapat tentangan yang hebat dari Abu Lahab, namun tidak membuat Nabi ﷺ berkecil hati. Beliau merencanakan mengundang mereka lagi untuk jamuan makan yang kedua. Ada bibi-bibi Rasulullah yang menyarankan agar Abu Lahab tidak usah diundang agar dakwah yang disampaikan tidak terganggu namun Rasulullah tetap akan mengundang Abu Lahab dengan harapan semoga Allah memberikan hidayah padanya.

Dalam pertemuan kedua  jamuan makan itu, didepan kaum kerabatnya Muhammad ﷺ menyatakan dirinya ada utusan Allah, meminta mereka semua untuk bersyahadat masuk Islam dan mengajak mereka pada kebaikan dunia dan akhirat.  Kemudian Nabi ﷺ bertanya kepada mereka, “Siapa yang akan mengikutiku dalam hal ini? Siapakah yang ingin melindungiku dalam mengemban risalah ini?”

Spontan Ali bangkit dan berkata, “Aku yang akan membantumu wahai Rasulullah. Aku akan memerangi orang yang memerangimu.”

Perkataan dari seorang anak kecil yang bahkan belum baligh membuat hadirin terperangah dan tertawa. Mereka tak menyangka bahwa Ali memiliki keberanian seperti itu.  Abu Thalib pun kemudian angkat bicara, meskipun ia tidak mampu untuk mengikuti ajaran Muhammad namun ia tidak meragukan risalah yang dibawanya dan Abu Thalib akan selalu menjaga dan melindungi Muhammad ﷺ.
  
Abu Lahab langsung naik pitam dan mengancam Muhammad ﷺ juga siapapun yang membela dan melindunginya. Abu Lahab bersumpah akan memerangi dakwah Rasulullah dengan harta dan darahnya dan akan menghancurkan mereka yang hendak mengganti agama suku Quraisy.

Pertemuan itupun berakhir dimana seluruh Bani Hasyim akan membela dan melindungi  Muhammad ﷺ dalam berdakwah terkecuali Abu Lahab yang telah dibutakan oleh kemarahannya. Padahal hubungan kekerabatan Abu Lahab dengan Rasulullah ﷺ sangatlah dekat. Selain sebagai paman dan kemenakan, kedua putri Rasulullah ﷺ, Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah istri dari putra-putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah. Namun hubungan yang erat itu tidak berarti apa-apa bagi Abu Lahab.

Perjuangan Rasulullah kemudian berlanjut dengan berdakwah kepada Suku Quraisy yang mengalami banyak hambatan dan penolakan karena hasutan dari Abu Lahab. Selain persoalan dakwah Muhammad, penolakan suku Quraisy juga akibat perseteruan yang telah lama antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah.

Permusuhan semakin berkobar dengan terjadinya peperangan demi peperangan antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Namun atas izin Allah, dakwah Rasulullah ﷺ semakin berkembang dan banyak yang mengikuti.
 
Meskipun mereka mendapatkan intimidasi dan siksaan dari kaum kafir Quraisy, tidak menggetarkan hati mereka untuk mengikuti ajaran Rasulullah ﷺ.

Perjuangan dakwah Rasulullah yang tidak kenal menyerah meskipun mendapatkan intimidasi, membuat kaum kafir Quraisy semakin marah hingga mereka mengadakan sayembara untuk membunuh Muhammad ﷺ.  

Meningkatnya tekanan kaum kafir kepada para kaum muslimin di Mekkah membuat Rasulullah ﷺ merencanakan untuk melebarkan dakwahnya ke Madinah dengan mendeklarasikan bai’at Aqobah yaitu dimulainya hijrah kaum muslimin  baik secara berjamaah maupun individu ke kota Madinah untuk bersekutu dengan kabilah Aus dan Khazraj membentuk masyarakat Islam. Rencana yang membuat kaum kafir Quraisy semakin meradang dan berusaha untuk mencegah kepergian mereka.

Sumber : Buku “Muhammad Sang Yatim” Karya Prof.Dr. Muhammad Sameh Said