Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Nabi Muhammad SAW - Kelahiran Nabi Muhammad SAW (Bagian 2)

Selasa, 11 Juni 2024 | 18:53 WIB Last Updated 2024-06-11T14:42:42Z
Daftar Isi [Tampilkan]
Kisah Nabi Muhammad SAW
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW | pinterest.com

Kelahiran Nabi Muhammad SAW 

Kepergian Abdullah yang begitu tiba-tiba, tak membuat Aminah bermuram durja. Ia hanya menjalani masa berkabung sewajarnya. Kehamilan dirinya yang harus selalu ia jaga betul karena hanya itulah kenangan paling berharga yang ditinggalkan oleh sang kekasih.

Lalu saat fajar menyingsing pada hari Senin, 12 Rabiul awal tahun gajah yang bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Pecahlah tangis pertama sang manusia pilihan di alam dunia. Aminah menitikkan air mata bahagia memandang bayi mungil yang tampan di pelukannya sekaligus merasakan betapa bayi ini merupakan karunia Allah sebagai pengganti kehilangan Abdullah.

Aminah segera mengutus pelayannya untuk mengabarkan berita gembira ini kepada Abdul Muthalib yang memang sangat mengharapkan kehadiran cucunya dari putra kesayangannya, Abdullah. Tak menunggu lama, Abdul Muthalib bergegas menuju ke rumah Aminah untuk menjumpai cucunya itu. Kebahagiaan  tak terkira menyelimuti diri Abdul Muthalib setelah kesedihan ditinggalkan oleh Abdullah. Kelahiran cucunya ini bagaikan pelipur lara yang telah lama didambakannya.

Air mata Abdul Muthalib berderai tak terasa karena rasa bahagia yang tak terbendung. “Anak ini kelak akan melakukan hal yang luar biasa.  Akan ku beri nama dia Muhammad.” Kata Abdul Muthalib kepada kaum kerabatnya yang turut hadir.

Mereka bertanya,” Mengapa engkau memilih nama yang tidak dikenal dikalangan orang Arab?”
Dengan rasa bangga dan kewibawaan seorang tokoh yang disegani, Abdul Muthalib menjawab, “ Aku ingin dia dipuji Allah di langit, dan dipuji mahlukNya di bumi.”

Ibu Susuan Rasulullah Muhammad ﷺ, Halimah Binti Harits

Tradisi para pemuka Mekkah kala itu  bila ada yang melahirkan maka yang menyusui bayinya bukanlah ibu kandung melainkan  menggunakan orang lain sebagai ibu susu untuk menyusui anak mereka. Biasanya para ibu susu akan saling berlomba untuk mendatangi rumah para orang-orang kaya dan pembesar kota Mekkah  untuk mendapatkan upah yang cukup besar.

Namun dari sekian banyak ibu susu, tak ada seorangpun yang mau menjadi ibu susu untuk bayi Muhammad karena dia seorang yatim. Tak mempunyai ayah yang dapat memberikan upah bagi mereka sesuai yang diharapkan. Mereka lebih memilih orang yang lebih kaya karena tujuan mereka menjadi ibu susu memang untuk mencari upah.

Ketika semua ibu susu telah mendapatkan bayi yang akan mereka susui, tinggallah bayi Muhammad yang belum memiliki ibu susu. Lalu tiba-tiba muncul seorang wanita dari Bani Saad bernama Halimah Binti Harits yang datang terlambat bersama suami dan anak mereka yang tak henti-henti menangis karena lapar dan membawa seekor unta betina yang kurus kering.

Ketika pilihan bayi yang akan disusui hanya tinggallah bayi Muhammad yang tak berayah, Halimah pada awalnya menolak untuk menjadi ibu susunya. Dia mengatakan kepada suaminya, “Apa yang dapat kita harapkan dari bayi ini?”

Namun atas izin Allah, suaminya berkata dengan lembut kepada sang istri, “Apa salahnya bayi yatim ini kita bawa saja, wahai Halimah, daripada kita pulang dengan tangan hampa.”

“Sebetulnya aku juga ingin mengambilnya wahai suamiku. Namun kau kan tahu kita datang kesini karena membutuhkan upah  yang layak,” sahut Halimah.

Suami Halimah berusaha menentramkan hati Halimah sembari berkata, “Ambillah bayi ini. Semoga Allah melimpahkan keberkahan pada kita melaluinya.”

Sebetulnya untuk melepaskan Muhammad dibawa pergi oleh ibu susunya sangat terasa berat bagi Aminah. Masih ingin dia berlama-lama memeluk buah hati, penghibur dukanya karena ditinggalkan Abdullah. Namun saat itu wabah cacar tengah berjangkit di seantero kota  sehingga Aminah merelakan Muhammad lebih baik dibawa oleh Halimah menjauh dari Mekkah. 

Demikianlah akhirnya Muhammad pun mendapatkan ibu susu. Ketika Halimah mencoba pertama kalinya untuk menyusui bayi Muhammad, sebuah keajaiban pun terjadi. Air susunya yang tadinya untuk anaknya sendiri pun kekurangan karena memang sangat sedikit air susu yang keluar namun kini deras mengalir hingga dapat menyusui Muhammad hingga kenyang dan tertidur. Setelah itu Halimah juga  menyusui anaknya sendiri sampai anaknya merasa puas. 

Halimah kemudian menceritakan keanehan ini pada suaminya dan membuat suaminya pun terheran-heran mendengarnya. Apalagi ketika unta betinanya yang kurus kering kini susunya terlihat membengkak  sehingga suami Halimah mencoba memerasnya dan keajaiban pun terjadi lagi. Aliran susu yang deras yang sebelumnya tak pernah dirasakannya kini seperti tak ada habisnya.

Begitulah keberkahan selalu menyertai Halimah dan keluarganya sejak Muhammad diambil menjadi anak persusuannya. Hidup mereka menjadi  lebih baik dan selalu tercukupi meskipun tak mendapatkan upah seperti umumnya ibu susu.

Pembelahan dada Rasulullah Muhammad SAW

Genap sudah 2 tahun Muhammad kecil berada dalam asuhan Halimah. Sudah waktunya Halimah membawa kembali Muhammad untuk menemui  ibu kandungnya. Namun karena Halimah merasakan betapa banyak keberkahan yang mereka rasakan sejak bersama Muhammad, Halimah kemudian minta izin kepada Aminah untuk membawa lagi Muhammad ke sebuah pedesaan dimana udaranya yang masih bersih dan segar, jauh dari keramaian kota Mekkah yang masih belum tuntas dengan wabah penyakit cacar.  Aminah pun mengizinkan sambil mengatakan, “dia adalah anakku dan anakmu juga.”
Di pedesaan ini Muhammad selalu bermain bersama teman-teman sebayanya dan dijaga oleh Syaima, saudara sepersusuan nya. Mereka menggembalakan domba sambil bermain dengan riang gembira. Halimah begitu menyayangi anak susuannya itu hingga tak pernah lepas perhatiannya. Ia begitu mengkhawatirkan keadaan Muhammad, hingga selalu ia ingatkan Syaima untuk menjaga Muhammad.
Hingga suatu hari Syaima bercerita kepada ibunya ada kejadian aneh yang menimpa Muhammad. Ketika Muhammad sedang asyik bermain, datanglah dua orang laki-laki berpakaian serba putih membawa bejana emas berisi air es. Mereka kemudian membedah dada Muhammad lalu mengeluarkan hatinya dan membuang noda hitam yang terdapat di hati Muhammad kemudian dibersihkan menggunakan air es dari bejana tersebut hingga bersih. 

Setelah itu hati tersebut dimasukkan kembali kedalam dada Muhammad dan tertutup kembali seperti semula, bagai tak pernah terjadi apa-apa.

Mendengar cerita ini, Halimah merasakan ketakutan yang luar biasa. Apalagi jika cerita ini sampai terdengar pada telinga kaum Yahudi maka mereka pasti akan membunuh Muhammad karena hal ini merupakan pertanda bahwa Muhammad akan menjadi ancaman bagi mereka kelak.

Suami Halimah Pun merasa khawatir Muhammad  akan tertimpa sesuatu karena dia juga pernah mendengar dari peramal Yahudi akan adanya kejadian seperti ini.  Akhirnya mereka membawa Muhammad kecil kembali pada ibunya Aminah. 

Setelah menceritakan semua yang terjadi, Aminah pun mengatakan jangan takut kepada mereka karena yang mendatangi Muhammad bukanlah setan karena setan pun takkan sanggup mengganggunya. Aminah kemudian menceritakan pada saat ia hamil Muhammad, “Aku bermimpi ada cahaya terang yang bersinar dari rahimku yang menyinari istana-istana negeri Syam. Dan ketika lahir, Muhammad bahkan telah mengangkat kepala dan tangannya untuk mendoakan kalian berdua.”