Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Thalhah bin Ubaidillah, Pelindung Rasulullah di Perang Uhud

Selasa, 11 Juni 2024 | 21:43 WIB Last Updated 2024-06-11T14:43:55Z
Daftar Isi [Tampilkan]
Kisah Thalhah bin Ubaidillah
Ilustrasi | Foto oleh Noureddine Belfethi dari Pexels

Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah satu sahabat dekat nabi. Ia juga merupakan satu dari sepuluh sahabat nabi yang dijamin masuk surga. Diantara sepuluh sahabat nabi yang dijamin masuk surga adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Al Khattab, Utsman bin Al Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Al Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, dan Sa’id bin Zaid. Thalhah juga merupakan salah satu dari enam konsultan Nabi Muhammad. Nama lengkapnya adalah Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad. Thalhah dijuluki sebagai Asy Syahidul Hayy, yang berarti sang syahid yang hidup di muka bumi, julukan ini diperolehnya setelah peristiwa peperangan Uhud. 

Kisah Heroik Thalhah bin Ubaidillah 

Ketika terjadi perang Uhud, saat itu barisan kaum muslimin terpecah - belahdan kocar-kacir dari sisi Rasulullah. Pasukan yang tersisa di dekat beliau hanya sebelas kaum Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari kaum Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang mengawal beliau naik ke bukit dan dihadang oleh kaum musyrikin. 

Rasulullah kemudian menyeru “Siapa berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku kelak di surga”. Lalu Thalhah bin Ubaidillah menjawab “Aku wahai Rasulullah”. “Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu” jawab Rasulullah. Kemudian seorang prajurit Anshar menjawab panggilan Rasulullah, “Aku wahai Rasulullah”. Rasulullah menjawab “Ya, majulah. 

Lalu prajurit Anshar tersebut maju melawan prajurit-prajurit kafir. Pertempuran yang tidak seimbang menghantarkannya menuju kesyahidannya. Rasulullah kembali para sahabat untuk melawan orang-orang kafir dan selalu saja Thalhah bin Ubaidillah mengajukan diri pertama kali, namun senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan diperintahkan untuk tetap ditempat sampai sebelas orang prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tinggal Thalhah bin Ubaidillah yang bersama Rasulullah. 

Rasulullah kemudian berkata kepada Thalhah “ Sekarang giliran engkau, majulah wahai Thalhah”. Thalhah bin Ubaidillah kemudian maju dan menyerang dengan semangat jihad yang berkobar-kobar. Ia menerjang pasukan musuh dengan gagah berani dan begitu hebatnya untuk melindungi Rasulullah. Ia berhasil menewaskan beberapa orang kafir.  Ia kemudian berlari ke arah rasulullah yang tubuhnya berdarah. Ia kemudian memeluk Rasulullah dengan tangan kiri dan dadanya, sementara tangan kanannya memegang pedang yang tetap ia ayunkan untuk melindungi Rasulullah dari orang-orang kafir. 

Saat itu, Abu bakar dan Abu Ubaidah yang berada agak jauh dari Rasulullah telah sampai di dekat Rasulullah. Rasul berkata “Tinggalkan aku dan bantuan saudara kalian Thalhah”. Abu Bakar dan Abu Ubaidah kemudian bergegas menghampiri Thalhah dan membantunya dalam membunuh satu per satu musuh. Ketika ditemukan, Thalhah dalam keadaan pingsan dan berlumuran darah. Tak kurang, ada sekitar 79 luka bekas tebasan pedang di tubuhnya, tusukan lembing dan anak panah mengenai tubuhnya, serta jari tangannya yang terpotong. 

Abu Bakar dan Abu Ubaidah mengira Thalhah telah gugur sebagai syahid, namun ternyata ia masih hidup. Itulah yang menyebabkan Thalhah dijuluki oleh Rasulullah sebagai “Sang syahid yang berjalan diatas muka bumi”. Rasulullah pernah bersabda “Siapa yang ingin melihat orang berjalan diatas muka bumi setelah kematiannya, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah”. Sejak saat itu, ketika orang-orang membicarakan peristiwa perang Uhud dengan Abu Bakar, beliau selalu menyahut “Perang hari itu adalah peperangan Thalhah seluruhnya hingga akhir hayatnya.”. 

Gelar kemuliaan yang disematkan kepada Thalhah bin Ubaidillah adalah sang syahid yang masih hidup. Selain itu, ia juga dijuluki sebagai Thalhah Al Khair (Thalhah yang baik), Thalhah Al Juud (Thalhah yang dermawan), dan Thalhah Al Fayyadh ( Thalhah yang pemurah). Masing-masing gelar memiliki ceritanya tersendiri. 

Keutamaan Thalhah bin Ubaidillah  

Diantara keutamaan-keutamaan Thalhah bin Ubaidillah antara lain : 

  1. Thalhah bin Ubaidillah merupakan orang keempat yang masuk Islam melalui tangan Abu Bakar Ash Shiddiq. 
  2. Thalhah bin Ubaidillah dikenal sebagai orang yang jujur, ia tidak pernah menipu apalagi berkhianat. 
  3. Thalhah bin Ubaidillah merupakan seorang pedagang besar yang dermawan dan banyak memiliki kekayaan. 
  4. Dalam hidupnya, Thalhah bin Ubaidillah mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa. 

Wafatnya Thalhah bin Ubaidillah 

Thalhah bin Ubaidillah wafat ketika terjadi konflik antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Aisyah RA, yang dikenal sebagai perang Jamal (perang berunta). Setelah wfatnya Khalifah Utsman bin Affan, para sahabat senior kemudian sepakat untuk membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah berikutnya menggantikan Utsman. Dalam pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah ini, ada beberapa pihak yang tidak menyetujui akan hal tersebut. Diantara pihak-pihak yang mendustakan Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib adalah Muawiyah bin Abu Sufyan, gubernur Negeri Syam dan juga Ummul Mukminin Aisyah RA yang saat itu berada di Madinah Al Munawwarah, serta dua sahabat senior Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Al Awwam di Mekkah. 

Konflik Khalifah Ali dengan Muawiyah bin Abu Sufyan berakhir dengan terjadinya peristiwa perang Shiffin, yang kemudian dilanjutkan dengan arbitrase (Tahkim) dengan beberapa perjanjian yang telah disepakati antara kedua belah pihak. 

Ketika mendenganr pengankatan Ali sebagai Khalifah, Aisyah RA yang berada di Madinah kemudian menghubungi Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Al Awwam agar menjalin persekutuan untuk menentang pemerintah Khalifah Ali bin Thalib. Aisyah, Thalhah, dan Zubair kemudian menghimpun sebuah pasukan yang berasal dari orang-orang kepercayaannya. Mereka kemudian bergerak menuju ke Kota Basra. Mengetahui pasukan Aisyah, Thalhah, dan Zubair yang telah berada di Kota Basra, Ali yang telah mempersiapkan pasukannya untuk menuju Negeri Syam melawan Muawiyah, kemudian membawa pasukannya bergerak menuju ke Kota Basra. 

Sesamapinya di Kota Basra, tidak langsung terjadi pertempuran antara kedua belah pihak, melainkan terjadi perundingan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Aisyah RA. Hasil dari perundingan tersebut adalah Khalifah Ali dan Aisyah RA sepakat untuk berdamai dan menghentikan peperangan saudara yang sedang terjadi. Namun, ketika malam tiba, Kaum Saba’iyyah (pengikut Abdullah bin Saba) yang dipimpin langsung oleh Abdullah bin Saba yang berada di barisan pasukan Khalifah Ali, berniat untuk mengacaukan perjanjian damai antara Khalifah Ali dengan Aisyah RA. 

Akhirnya, sebelum fajar menyingsing, Kaum Saba’iyyah secara diam-dam tanpa sepengetahuan Khalifah Ali, malah menyerang sebagian pasukan Thalhah dan Zubair. Akhirnya terjadilah pertempuran sengit yang tak dapat terelakkan. Peperangan ini menelan bebrapa korban jiwa baik dari pihak Khalifah Ali maupun pihak Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Thalhah dan Zubair juga menjadi korban dalam peperangan Jamal ini. Aisyah RA kemudian dipulangkan oleh Khalifah Ali kembali ke Kota Madinah dan tinggal disana hingga akhir hayatnya. 

Begitulah akhir kisah hidup Thalhah bin Ubaidillah, seorang pejuang Islam yang melindungi Rasulullah di medan perang Uhud, bahkan dijuluki sebagai Syahid yang berjalan di muka bumi, namun ia harus wafat sebagai korban dari fitnah yang pernah terjadi di antara kaum muslimin.

Referensi : 

[1] Abdullathif., A.M. 2016. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah. Jakarta : Pustaka Al Kautsar. 

[2] Matin.,F.S. 2016. Sepuluh Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga. Surakarta : PQS Publising.