Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Ummu Kultsum Binti Muhammad

Selasa, 11 Juni 2024 | 14:04 WIB Last Updated 2024-06-11T07:06:39Z
Daftar Isi [Tampilkan]
Kisah Ummu Kultsum Binti Muhammad
Ilustrasi Ummu Kultsum Binti Muhammad 

Ummu Kultsum adalah putri ketiga Rasulullah yang didapatkan dari pernikahannya dengan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid RA. Diantara anak-anak Rasulullah dari pernikahannya dengan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, Abdullah, dan Qasim. Abdullah dan Qasim meninggal ketika mereka masih kecil. Ummu Kultsum menikah dengan sahabat Rasulullah sekaligus Khalifah ketiga pemerintahan Islam Khulafaur Rasyidin, yaitu Utsman bin Al Affan, setelah wafatnya istri Utsman, Ruqayyah, yang merupakan kakak kandung Ummu Kultsum. Ummu Kultsum memeluk Islam saat ibunya memeluk Islam, kemudian saudara-saudaranya berbaiat kepada ayahnya. 

Biografi Ummu Kultsum 

Ummu Kultsum lahir pada tahun 604 Masehi, 6 tahun sebelum Rasulullah menerima risalah kenabian. Ummu Kultsum merupakan adik kandung dari Ruqayyah binti Muhammad yang merupakan isteri pertama Utsman bin Al Affan. Ummu Kultsum dan Ruqayyah tumbuh bersama bagai dua kuntum bunga yang mekar beriringan dan berhias keindahan. Sebelum menikah dengan Utsman bin Al Affan, Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab dan Ruqayyah menikah dengan saudara Utaibah yaitu Utbah bin Abu Lahab. Namun, pernikahan mereka berdua tidak berjalan lama, karena Abu Lahab memerintahkan kedua putranya untuk menceraikan kedua putri Rasulullah setelah turunnya Surah Al Lahab yang menyatakan bahwa Abu Lahab akan celaka. 

Utbah dan saudaranya Utbah kemudian menceraikan Ruqayyah dan Ummu Kultsum ketika belum pernah melakukan hubungan suami istri. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun kembali ke asuhan Rasulullah SAW. Allah SWT memberikan ganti yang lebih baik kepada Ruqayyah, salah seorang sahabat mulia Rasulullah datang melamarnya, yaitu Utsman bin Al Affan. 

Ketika Rasulullah mulai berdakwah secara terang-terangan kepada kaum Quraisy Mekkah, banyak diantara mereka yang menolak ajaran Rasulullah, mulai dari kalangan bangsawan hingga keluarga Rasulullah sendiri. Diantara mereka juga ada yang mulai membenci Rasulullah karena ajakan untuk memeluk Islam tersebut. Namun, beberapa orang juga ada yang langsung mengakui risalah Nabi Muhammad, yang dikenal sebagai Assabiqunal Awwalun (Orang yang masuk islam pada periode awal) seperti Abu Bakar As Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan Khadijah binti Khuwailid. 

Orang-orang yang membenci Rasulullah tersebut semakin lama semakin menaruh kebencian terhadap kaum muslimin, bahkan diantara mereka ada yang menyiksa kaum muslimin meskipun ia berasal dari kalangan keluarganya sendiri. Karena khawatir akan keselamatan umatnya, Nabi Muhammad memerintahkan umatnya untuk berhijrah meninggalkan Kota Mekkah menuju Negeri Habasyah yang terletak di Afrika Timur. Negeri Habasyah kala itu diperintah oleh seorang raja yang adil yang tidak pernah menzalimi rakyatnya. Kaum muslimin Mekkah kemudian berbondong-bondong untuk hijrah termasuk Ummu Kultsum dan Ruqayyah beserta suaminya, Utsman bin Al Affan. Peristiwa ini terjadi pada tahun kelima kenabian. Utsman bin Al Affan membawa istrinya di atas keledai meninggalkan Kota Mekkah berjalan menuju pantai di pesisir Negeri Yaman, disana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah Dinar untuk digunakan menyeberang ke Habasyah.   

Di Negeri Habasyah, Ruqayyah dan Utsman dikaruniai seorang putra bernama Abdullah, namun ia tak berumur panjang sebab ia wafat ketika masih kecil. Suatu ketika, ada seekor ayam jantan yang mematuk matanya sehingga menyebabkan matanya bengkak, dan musibah ini menyebabkan Abdullah wafat ketika berumur 6 tahun. 

Ketika kaum muslimin telah berhijrah ke Kota Madinah, Nabi Muhammad memerintahkan Zaid bin Haritsah untuk menjemput istri dan anak-anak beliau, diantaranya adalah Ummu Kultsum. Ketika meletusnya Perang Badar, Rasulullah menyeru kaum muslimin untuk ikut berjihad melawan musuh Islam. Namun ketika itu, Rasulullah melarang Utsman bin Affan ikut berperang karena ketika itu Ruqayyah sedang sakit, sehingga Rasulullah memerintahkan Utsman untuk tetap tinggal menemani Ruqayyah. Namun ternyata, itu adalah pertemuan terakhir Utsman dan Ruqayyah karena Ruqayyah menghembuskan nafas terakhirnya ketika Perang Badar sedang berkecamuk.

Utsman sendiri yang turun langsung untuk memakamkan jenazah istrinya. Beberapa saat setelah Utsman memakamkan isterinya, datanglah berita kemenangan kaum muslimin di Perang Badar yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah. Kedukaan itu datang bersamaan dengan kemenangan, saat Ruqayyah binti Muhammad pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua Hijriyah.

Menikah dengan Utsman bin Al Affan  

Sepeninggal Ruqayyah, Umar bin Al Khattab menawarkan kepada Utsman untuk menikah dengan puterinya, yaitu Hafshah binti Umar, namun Utsman menolaknya. Ternyata Allah SWT punya rencana yang terbaik. Rasulullah kemudian meminang Hafshah binti Umar untuk dirinya sendiri dan menikahkan Utsman bin Affan dengan putrinya, yaitu Ummu Kultsum. Peristiwa ini terjadi pada bulan Rabiul Awwal tahun ketiga Hijriyah. Hal inilah yang menyebabkan Utsman bin Al Affan digelari dengan “Dzun Nurain” yang berarti Sang Pemilik Dua Cahaya, karena telah menikahi dua putri Rasulullah, Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Pernikahan Utsman bin Al Affan dengan Ummu Kultsum tidak dikaruniai seorang anak hingga Ummu Kultsum wafat meninggalkan Utsman. 

Diriwayatkan dari Sa’id bin Al Musayyib, setelah puterinya Ruqayyah wafat, Rasulullah melihat Utsman bersedih, Beliau berkata “Wahai Utsman, kulihat engkau bersedih, ada apa ?”, Utsman berkata “Apakah ada orang yang mengalami seperti yang kualami, istriku wafat, rasanya punggungku terpotong, dan terputuslah hubungan kekerabatan antara aku dan engkau wahai Rasulullah”. Rasulullah lalu berkata “Wahai Utsman, malaikat Jibril menyampaikan perintah Allah kepadaku agar menikahkanmu dengan saudaranya, yaitu Ummu Kultsum. Maharnya sama seperti saudaranya, dan berinteraksilah sama seperti saudaranya”. Rasulullah lalu menikahkan Utsman bin Al Affan dengan Ummu Kultsum. 

Saat menikahkan putrinya Ummu Kultsum dengan Utsman, Rasulullah berkata kepada Ummu Kultsum “Sungguh suamimu adalah yang paling mirip dengan kakakmu dan ayahmu”. Ummu Ayyasy berkata “Sesungguhnya Rasulullah bersabda” “Tidaklah aku nikahkan Utsman dengan Ummu Kultsum melainkan berdasarkan wahyu dari langit”. 

Wafatnya Ummu Kultsum

Pernikahan Utsman bin Al Affan dan Ummu Kultsum berlangsung selama enam tahun karena Ummu Kultsum wafat lebih dulu. Ummu Kultsum wafat pada bulan Sya’ban tahun kesembilan Hijriyah. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ binti Umais dan Shafiyah binti Abdul Muthalib. Dari Ummu Athiyah, ia berkata ”Rasulullah menemui kami saat sedang memandikan jenazah Ummu Kultsum dan bersabda” “Mandikan dia tiga kali, atau lima kali, atau lebih dari itu yang menurut kalian perlu. Mandikan ia dengan air dan daun bidara, dan jadikan bilasan terakhirnya itu bercampur kapur, jika kalian telah selesai maka kabarkan padaku”. Jasad Ummu Kultsum diturunkan langsung ke tanah pemakamannya oleh Ali bin Abi Thalib, Al Fadhl bin Al Abbas, Usamah bin Zaid, serta Abu Thalhah Al Anshari. Saat jenazah Ummu Kultsum telah diletakkan di kubur, Rasulullah lalu membacakan Surah Thaha ayat ke-55. Beliau duduk disamping makam Ummu Kultsum dengan meneteskan air mata.  

Referensi : 
[1] Azzuhri., M. 2009. Khadijah binti Khuwailid RA Sosok Perempuan Karier. Muwazah. 1 (2) : 98. 
[2] www.kisahmuslim.com