Ilustrasi Bilal bin Rabah Radhiallahu 'anhu |
Bilal bin Rabah Radhiallahu 'anhu adalah salah satu tokoh terkenal dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai orang pertama yang mengumandangkan adzan. Bilal adalah seorang budak berkulit hitam yang berasal dari Negeri Habasyah yang sekarang dikenal sebagai Ethiopia. Ethiopia adalah sebuah negara yang berada di kawasan Afrika Timur. Bilal memiliki suara yang merdu sehingga setelah masuk Islam ia dipercaya oleh Rasulullah dan para sahabat untuk mengumandangkan adzan sebagai penanda waktu shalat. Bilal juga termasuk orang-orang yang masuk Islam pada periode awal (Assabiqunal Awwalun), ia masuk Islam melalui perantara Abu Bakar Ash Shiddiq.
Biografi Bilal bin Rabah
Bilal bin Rabah Al Habasyi lahir pada tahun 578
Masehi sekitar 43 tahun sebelum hijrahnya Nabi. Ia lahir di salah satu daerah
di Afrika Timur yang disebut dengan daerah As Sarah. Ayahnya bernama Rabah, dan
ibunya bernama Hamamah. Ibunya seorang budak berkulit hitam sehingga Bilal
sering disebut juga dengan Ibnus Sauda’ (Putera wanita berkulit hitam). Bilal
dan keluarganya merupakan tawanan perang yang diperjualbelikan sebagai budak,
hingga pada akhirnya ia mengabdi pada Umayyah bin Khalaf. Bilal dibesarkan di
Kota Mekkah sewaktu ia dan keluarganya dibawa untuk mengabdi kepada salah
seorang pemuka Quraisy bernama Umayyah bin Khalaf. Bilal adalah orang yang
kurus tinggi, sedikit bungkuk, serta berambut tebal dan keriting. Ia juga
adalah orang cerdas dan teguh pendiriannya. Masa remajanya dihabiskan sebagai
pembantu tuannya.
Masuk Islamnya bin
Rabah
Bilal bin Rabah mengenal Islam ketika majikannya
Umayyah bin Khalaf bersama para tamunya sering membicarakan mengenai Muhammad
dan agama baru yang dibawanya. Meskipun Umayyah bin Khalaf mengakui bahwa
Muhammad adalah orang yang terkenal akan kejujurannya dan sifat-sifat agungnya,
Umayyah bin Khalaf sebagai salah seorang pemuka Quraisy tetap membenci agama
baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad, ia takut masyarakat Quraisy akan
terpengaruh dengan agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan mulai
meninggalkan agama nenek moyang Bangsa Arab.
Pada suatu malam ketika Bilal sedang tertidur
dalam selimutnya, ia mendengar ada yang mengetuk pintu, ia pun membukakan pintu
dan melihat sosok yang jangkung dan ramping, sosok tersebut adalah Abu Bakar
Ash Shiddiq RA. Abu Bakar datang untuk mengajak Bilal untuk memeluk agama
Islam. Abu Bakar sengaja menemui Bilal ketika larut malam agar tak ada orang
tahu bahwa ia ingin mengajak Bilal masuk islam. Abu Bakar berkata “Bilal
masih ingatkah kamu ketika kita melakukan misi dagang ke Syam dan ada seorang
pendeta yang menceritakan Nubuwah dan akan datangnya seorang Rasul di gurun
Arab” ?, Bilal menjawab “Iya aku masih ingat tuan”, Abu Bakar
berkata lagi “Nubuwwah yang dimaksud oleh pendeta tersebut adalah Rasul
terakhir yaitu Muhammad”. Abu Bakar kemudian menjelaskan kepada Bilal bahwa
ia telah menjadi pengikut Nabi Muhammad dan bahwa Nabi muhammad sedang mengajak
orang-orang untuk memeluk agama Islam secara diam-diam.
Ketika majikannya, Umayyah bin Khalaf mengetahui
bahwa Bilal telah memeluk agama yang dibawa oleh Muhammad, ia sangat marah.
Umayyah bin Khalaf lalu memerintahkan kepada orang-orangnya untuk membawa dan
menyiksa Bilal dan membawanya ke tengah gurun pasir yang panas. Bilal dibawa
dengan leher yang diikat dengan tali dari pelepah kurma dan tubuhnya direbahkan
di tengah gurun pasir yang sangat panas. Saking panasnya, jika diletakkan
daging di atas tanahnya, maka daging itu akan matang. Kemudian di atas dadanya
diletakkan batu besar sehingga Bilal tak dapat bergerak. Umayyah bin Khalaf
memerintahkan para algojonya untuk menyiksa Bilal sepanjang hari sampai ia mau
mengakui bahwa agamanya bukanlah Islam.
Sepanjang hari para algojo suruhan Umayyah bin
Khalaf terus menyiksa Bilal hingga mereka lelah dalam melakukannya. Merekapun
berbisik kepada Bilal bahwa mereka juga sudah tersiksa dalam menyakiti Bilal.
Mereka terus menyuruh Bilal untuk meninggalkan agama Islam. Namun Bilal tetap
teguh pada pendiriannya dan mengakui bahwa Islam adalah agama yang benar. Bilal
terus mengucapkan “Ahad” “Ahad” yang bermaksud bahwa tuhannya
adalah Allah yang maha Esa, dan bukanlah Uzza, Latta, dan Manaf.
Pada suatu hari, Abu Bakar Ash Shiddiq melewati
tempat penyiksaan Bilal bin Rabah dan melihat orang yang telah menjadi saudara
seimannya itu sedang dalam siksaan. Abu Bakar Ash Shiddiq kemudian berkata
kepada Umayyah bin Khalaf “Wahai Umayyah tidak takutkah kamu akan pengadilan
Allah yang Maha Agung dan Mulia. Sungguh sangat kejamnya kamu menyiksa orang”.
Umayyah berkata “Inilah akibat perbuatanmu, sekarang kewajibanmu untuk
menolongnya”. Abu Bakar berkata lagi “Ambillah tebusan yang lebih besar
dari harganya dariku, dan bebaskanlah dia”. Sejak saat itu, Bilal
dibebaskan sebagai budak Umayyah bin Khalaf. Abu Bakar lalu membawa Bilal
kepada Nabi Muhammad SAW.
Masyarakat Mekkah yang kafir masih memendam
benci kepada Muhammad dan para pengikut barunya itu. Karena khawatir akan
keselamatan umatnya, Nabi Muhammad akhirnya menghimbau umatnya untuk berhijrah
ke Negeri Habasyah yang dihuni oleh orang-orang Nasrani. Mereka memiliki
seorang Raja yang terkenal adil bernama Najasyi (Negus). Mula-mula enam belas
orang kaum muslim termasuk Bilal berhijrah ke Habasyah menyeberangi Laut Merah
ke Afrika Timur. Kemudian datang lagi rombongan dari Mekkah sehingga total
mereka adalah 80 orang laki-laki dan 16 orang perempuan.
Bilal Sebagai Muadzin
Rasulullah
Pada saat perintah shalat wajib telah diterima
oleh Rasulullah, kaum muslimin masih bingung bagaimana cara untuk memanggil
kaum muslimin untuk melaksanakan shalat ketika telah tiba waktunya. Ada yang
menyarankan menggunakan terompet dari tanduk dan juga menggunakan lonceng.
Kemudian sahabat bernama Abdullah bin Zaid datang dan menceritakan mimpinya dan
berkata “Seorang manusia berpakaian serba hijau datang membawa lonceng
melewatiku”, Aku bertanya kepadanya “Apakah lonceng itu akan dijual
?”, dia menjawab “Yang paling baik digunakan untuk kaum muslimin adalah
dengan menggunakan suara keras dari tenaga sendiri”. Rasulullah kemudian
mengisyaratkan untuk melakukan adzan sebagai penanda waktu shalat. Rasulullah
berpikir tentang seorang yang bersuara paling merdu dan pilihan itu jatuh
kepada Bilal bin Rabah. Para sahabat kemudian memanggil Bilal dan
memerintahkannya untuk naik ke menara masjid dan mengumandangkan adzan, sejak
saat itu, Bilal pun menjadi Muadzin kepercayaan Rasulullah hingga Rasul
wafat.
Wafatnya Bilal bin
Rabah
Bilal bin Rabah wafat di Negeri Syam pada tahun 20 Hijriyah (641 Masehi) tepatnya di era Kekhalifahan Umar bin Al Khattab. Ia wafat sebagai pejuang di jalan Allah dan dimakamkan di Kota Damaskus.
Referensi :
[1] Muflich., M.F. 2021. Rasisme Dalam Islam
(Peran Bilal bin Rabah Dalam Perkembangan Peradaban Islam). Jurnal
Pendidikan Agama Islam. 1(2) : 158-162.
[2] Pajriyah., S, dan Mulyadi., A. 2014. Peranan Bilal bin Rabah Dalam Perkembangan Dakwah Islam di Jazirah Arab Tahun 611-641 M. Jurnal Artefak. 2 (1) : 13-31.