Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Bilal bin Rabah sang Muazin Rasulullah SAW

Selasa, 11 Juni 2024 | 14:07 WIB Last Updated 2024-06-11T07:24:11Z
Daftar Isi [Tampilkan]

Kisah Bilal bin Rabah
Ilustrasi Bilal bin Rabah Radhiallahu 'anhu

Bilal bin Rabah Radhiallahu 'anhu adalah salah satu tokoh terkenal dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai orang pertama yang mengumandangkan adzan. Bilal adalah seorang budak berkulit hitam yang berasal dari Negeri Habasyah yang sekarang dikenal sebagai Ethiopia. Ethiopia adalah sebuah negara yang berada di kawasan Afrika Timur. Bilal memiliki suara yang merdu sehingga setelah masuk Islam ia dipercaya oleh Rasulullah dan para sahabat untuk mengumandangkan adzan sebagai penanda waktu shalat. Bilal juga termasuk orang-orang yang masuk Islam pada periode awal (Assabiqunal Awwalun), ia masuk Islam melalui perantara Abu Bakar Ash Shiddiq. 

Biografi Bilal bin Rabah  

Bilal bin Rabah Al Habasyi lahir pada tahun 578 Masehi sekitar 43 tahun sebelum hijrahnya Nabi. Ia lahir di salah satu daerah di Afrika Timur yang disebut dengan daerah As Sarah. Ayahnya bernama Rabah, dan ibunya bernama Hamamah. Ibunya seorang budak berkulit hitam sehingga Bilal sering disebut juga dengan Ibnus Sauda’ (Putera wanita berkulit hitam). Bilal dan keluarganya merupakan tawanan perang yang diperjualbelikan sebagai budak, hingga pada akhirnya ia mengabdi pada Umayyah bin Khalaf. Bilal dibesarkan di Kota Mekkah sewaktu ia dan keluarganya dibawa untuk mengabdi kepada salah seorang pemuka Quraisy bernama Umayyah bin Khalaf. Bilal adalah orang yang kurus tinggi, sedikit bungkuk, serta berambut tebal dan keriting. Ia juga adalah orang cerdas dan teguh pendiriannya. Masa remajanya dihabiskan sebagai pembantu tuannya. 

Masuk Islamnya bin Rabah 

Bilal bin Rabah mengenal Islam ketika majikannya Umayyah bin Khalaf bersama para tamunya sering membicarakan mengenai Muhammad dan agama baru yang dibawanya. Meskipun Umayyah bin Khalaf mengakui bahwa Muhammad adalah orang yang terkenal akan kejujurannya dan sifat-sifat agungnya, Umayyah bin Khalaf sebagai salah seorang pemuka Quraisy tetap membenci agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad, ia takut masyarakat Quraisy akan terpengaruh dengan agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan mulai meninggalkan agama nenek moyang Bangsa Arab. 

Pada suatu malam ketika Bilal sedang tertidur dalam selimutnya, ia mendengar ada yang mengetuk pintu, ia pun membukakan pintu dan melihat sosok yang jangkung dan ramping, sosok tersebut adalah Abu Bakar Ash Shiddiq RA. Abu Bakar datang untuk mengajak Bilal untuk memeluk agama Islam. Abu Bakar sengaja menemui Bilal ketika larut malam agar tak ada orang tahu bahwa ia ingin mengajak Bilal masuk islam. Abu Bakar berkata “Bilal masih ingatkah kamu ketika kita melakukan misi dagang ke Syam dan ada seorang pendeta yang menceritakan Nubuwah dan akan datangnya seorang Rasul di gurun Arab” ?, Bilal menjawab “Iya aku masih ingat tuan”, Abu Bakar berkata lagi “Nubuwwah yang dimaksud oleh pendeta tersebut adalah Rasul terakhir yaitu Muhammad”. Abu Bakar kemudian menjelaskan kepada Bilal bahwa ia telah menjadi pengikut Nabi Muhammad dan bahwa Nabi muhammad sedang mengajak orang-orang untuk memeluk agama Islam secara diam-diam. 

Ketika majikannya, Umayyah bin Khalaf mengetahui bahwa Bilal telah memeluk agama yang dibawa oleh Muhammad, ia sangat marah. Umayyah bin Khalaf lalu memerintahkan kepada orang-orangnya untuk membawa dan menyiksa Bilal dan membawanya ke tengah gurun pasir yang panas. Bilal dibawa dengan leher yang diikat dengan tali dari pelepah kurma dan tubuhnya direbahkan di tengah gurun pasir yang sangat panas. Saking panasnya, jika diletakkan daging di atas tanahnya, maka daging itu akan matang. Kemudian di atas dadanya diletakkan batu besar sehingga Bilal tak dapat bergerak. Umayyah bin Khalaf memerintahkan para algojonya untuk menyiksa Bilal sepanjang hari sampai ia mau mengakui bahwa agamanya bukanlah Islam. 

Sepanjang hari para algojo suruhan Umayyah bin Khalaf terus menyiksa Bilal hingga mereka lelah dalam melakukannya. Merekapun berbisik kepada Bilal bahwa mereka juga sudah tersiksa dalam menyakiti Bilal. Mereka terus menyuruh Bilal untuk meninggalkan agama Islam. Namun Bilal tetap teguh pada pendiriannya dan mengakui bahwa Islam adalah agama yang benar. Bilal terus mengucapkan “Ahad” “Ahad” yang bermaksud bahwa tuhannya adalah Allah yang maha Esa, dan bukanlah Uzza, Latta, dan Manaf. 

Pada suatu hari, Abu Bakar Ash Shiddiq melewati tempat penyiksaan Bilal bin Rabah dan melihat orang yang telah menjadi saudara seimannya itu sedang dalam siksaan. Abu Bakar Ash Shiddiq kemudian berkata kepada Umayyah bin Khalaf “Wahai Umayyah tidak takutkah kamu akan pengadilan Allah yang Maha Agung dan Mulia. Sungguh sangat kejamnya kamu menyiksa orang”. Umayyah berkata “Inilah akibat perbuatanmu, sekarang kewajibanmu untuk menolongnya”. Abu Bakar berkata lagi “Ambillah tebusan yang lebih besar dari harganya dariku, dan bebaskanlah dia”. Sejak saat itu, Bilal dibebaskan sebagai budak Umayyah bin Khalaf. Abu Bakar lalu membawa Bilal kepada Nabi Muhammad SAW. 

Masyarakat Mekkah yang kafir masih memendam benci kepada Muhammad dan para pengikut barunya itu. Karena khawatir akan keselamatan umatnya, Nabi Muhammad akhirnya menghimbau umatnya untuk berhijrah ke Negeri Habasyah yang dihuni oleh orang-orang Nasrani. Mereka memiliki seorang Raja yang terkenal adil bernama Najasyi (Negus). Mula-mula enam belas orang kaum muslim termasuk Bilal berhijrah ke Habasyah menyeberangi Laut Merah ke Afrika Timur. Kemudian datang lagi rombongan dari Mekkah sehingga total mereka adalah 80 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. 

Bilal Sebagai Muadzin Rasulullah 

Pada saat perintah shalat wajib telah diterima oleh Rasulullah, kaum muslimin masih bingung bagaimana cara untuk memanggil kaum muslimin untuk melaksanakan shalat ketika telah tiba waktunya. Ada yang menyarankan menggunakan terompet dari tanduk dan juga menggunakan lonceng. Kemudian sahabat bernama Abdullah bin Zaid datang dan menceritakan mimpinya dan berkata “Seorang manusia berpakaian serba hijau datang membawa lonceng melewatiku”, Aku bertanya kepadanya “Apakah lonceng itu akan dijual ?”, dia menjawab “Yang paling baik digunakan untuk kaum muslimin adalah dengan menggunakan suara keras dari tenaga sendiri”. Rasulullah kemudian mengisyaratkan untuk melakukan adzan sebagai penanda waktu shalat. Rasulullah berpikir tentang seorang yang bersuara paling merdu dan pilihan itu jatuh kepada Bilal bin Rabah. Para sahabat kemudian memanggil Bilal dan memerintahkannya untuk naik ke menara masjid dan mengumandangkan adzan, sejak saat itu, Bilal pun menjadi Muadzin kepercayaan Rasulullah hingga Rasul wafat. 

Wafatnya Bilal bin Rabah 

Bilal bin Rabah wafat di Negeri Syam pada tahun 20 Hijriyah (641 Masehi) tepatnya di era Kekhalifahan Umar bin Al Khattab. Ia wafat sebagai pejuang di jalan Allah dan dimakamkan di Kota Damaskus. 

Referensi : 

[1] Muflich., M.F. 2021. Rasisme Dalam Islam (Peran Bilal bin Rabah Dalam Perkembangan Peradaban Islam). Jurnal Pendidikan Agama Islam. 1(2) : 158-162. 

[2] Pajriyah., S, dan Mulyadi., A. 2014. Peranan Bilal bin Rabah Dalam Perkembangan Dakwah Islam di Jazirah Arab Tahun 611-641 M. Jurnal Artefak. 2 (1) : 13-31.