Daftar Isi [Tampilkan]
![]() |
Populer24 - Dalam hidup mungkin kita pernah mendapatkan rezeki berupa kenikmatan – kenimatan yang kita senangi, nikmat karena rasa syukur ataupun karena amalan – amalan baik yang pernah kita lakukan.
Namun tidak setiap kenikmatan yang kita peroleh adalah sestau yan baik untuk diri kita malah bisa jadi melalaikan dan kenikmatan tersebut perlu kita waspadai agar tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang dimurkai Allah SWT yaitu yang disebut dengan kenikmatan “Istidraj”
Tentunya memilki kemewahan harta, tahta, jabatan yang kita dapatkan adalah sebuah kebanggan dalam diri setiap manusia tetapi hal tersebut malah menjadi mebuat kita lalai dalam beribadah kepadanya.
Dalam sudut pandang Islam, istilah Istidraj mengarah kepada sebuah ujian bagi kita sebagai manusia berupa kenikmatan. Istidraj sendiri secara bahasa artinya naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya dan bermakna sebagai hukuman dari Allah kepada hambanya yang diberikan sedikit demi sedikit, secara perlahan dalam memberikan hukumanya kepada manusia yang lalai dan terlena akan dunia.
Allah SWT, berfirman : “…Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam 44).
Dalam hadist Rasul yang diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir, menjelaskan bahwa :
“Bila kamu melihat Allah memberikanya kepada seorang hamba perkara dunia yang diinginkanya, padahal hamba tersebut terus dalam lingkarang kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa hal itu adalah Istidraj Jebakan ujian berupa nikmat secara perlahan) dari Allah. “Kemudian Rasulullah SAW membaca suatu ayat, berbunyi “Maka tatkala mereka diberikan suatu peringatan mereka lupa apa yang telah diberikan kepada mereka dengan cara tiba-tiba, maka meraka itu terdiam dan putus asa.( Qs Al-Anam 44).” (HR. Ahmad).
Dari pengertian dan dalil tersebut dapat disimpulkan bahwasannya Istidraj adalah jebakan ujian berupa pemberian nikmat karena kita bermaksiat, nikmat tersebut dapat semakin melalaikan kita, sehingga kita yang seharusnya dengan apa yang kita dapatkan itu bersyukur dan semakin dekat dengan Allah, maka bisa makin terjerumus ke dalam kemaksiatan bila tidak segera sadar dan bertaubat.
Tanda – Tanda Istidraj
Nikmat duniawi yang selalu bertambah, Namun menrunkan keimanan dan Ketaqwaan Kita
Sungguh Allah maha pengasih dan penyayang namun ketika Allah memberika kenikamatan dunia kepada hambanya tetapi hamba tersebut keimanya malan menjadi menurun dan sering melaukan kemaksiatan dan hal tersebut tanpa kita sadari kenikmatan dunia adalah kenikamatan yang palin berat tanggung jawabnya di akhirat nanti.
Disisi lain kenikamatan yang diberikan kepada seseorang yang beriman atau tidak perbedaanya adalah rasa syuku ketenangan dan ketentraman dalam hidupnya, berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang yang tidak beriman, mereka akan terus merasa kurang dan gelisah walaupun tengah menikmati semua kemudahan dan kebahagiaan yang Allah berikan tersebut.
Mengenai tentang kewajiban dalam menjaga keimanan Allah SWT berfirman : “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya´qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan hanya kepadanyalah kami menyerahkan diri”. (QS Ali-imran : 84).
Terus Mendapat Kemudahan Hidup Meskipun Selalu Bermaksiat
Dalam perkara Istidraj perbuatan maksiat merupakan awal dari kehancuran dan kesengsaraan dikemudian hari. Kehidupan dunia terus bergelimang harta dan sukses wallau selalu berbuat maksiat hal itu adalah kasih sayang Allah dalam bentuk Istidraj.
Ali Bin Abi Thalib R.A menyatakan bahwa kepada anak adam “Ingat dan waspadalah jika Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat dunia sementara enkau terus menerus melakukan suatu kemakasiatan kepadanya sehingga engkau terlena.”
Rezeki Bertambah Walau Lalai Beribadah
Kita terlahir di dunia mungkin sama dengan kedaan yang tidak memiliki apa-apa, namun tidak pula serba berkecukupan ada yang terlahir dari keluarga kaya raya dan ada yang terlahir dari keluarga kurang mampu. Sebagian dari kita harus ada yang berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan penghasilan dan mendekatkan diri pada Allah SWT agar Allah memabantu melancarkan pintu rezekinya. Ada pula yang terus diberikan kenikmatan oleh Allah namun lalai dan beribadah kepada Allah itulah Istidraj.
Ibnu Athaillah berkata bahwasanya : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”.
Begitu juga dengan Syaikh Mutawalli Asy-Syarawi mengatakan : “Allah tidak melimpahkan dunia kepadamu bukan berarti dia merendahkanmu, dan berlimpahnya dunia kepdamu bukan berarti dia memuliakanmu.”
Sumber: Masjidpedesaan.or.id